achedy
achedy Achedy adalah Konsultan Web dan Web Programmer. Blog utama saya di http://achedy.penamedia.com

2. Kancil dan Anjing

Tidak ada komentar

Malam makin larut. Halaman rumah Pak Tani makin sunyi dan gelap. Angin dingin merambahi tubuh Kancil di dalam kurungan ayam. Kancil semakin gelisah. Lebih-lebih jika ingat kata-kata Pak Tani yang akan menyembelih dirinya untuk dijadikan gule dan sate. Wuah, ngeri sekali. 

Dalam keadaan galau, Kancil melihat seekor anjing mendekatinya. Kancil yang cerdik segera dapat menemukan cara untuk menyelamatkan diri. Ditunggunya dengan sabar sampai Anjing benar-benar berada di dekatnya.  

“Cil!” sapa Anjing. “Apa salahmu sampai kamu dihukum di dalam kurungan?” 

“Enak saja kamu bicara. Aku bukan dihukum!”

“Lo, buktinya kamu berada di dalam kurungan dan batu besar diletakkan di atas kurungan. Hayo, apa namanya kalau tidak dihukum?”

“Aku memang dimasukkan kurungan agar tidak dapat pergi jauh. Sebabnya, aku akan diajak oleh Pak Tani menghadiri pesta di rumah Pak Kepala Desa. Tahun ini acara Bersih Desa dibuat meriah. Selain banyak makanan yang enak-enak, juga ada tontonan wayang. Aku tak sabar, ingin segera menghadiri pesta itu besok.”

Anjing terkejut karena dirinya tidak diajak ke pesta. Tadi sore dia memang melihat banyak orang di rumah Pak Kepala Desa. Dilihatnya semua orang sibuk. Anjing menyangka bahwa pesta di rumah Pak Kepala Desa benar-benar akan dilaksanakan.

“Cil, mujur benar nasibmu. Aku yang sudah bertahun-tahun mengabdi kepada Pak Tani belum pernah diajak ke tempat pesta. Sebaliknya, kamu yang tak berjasa apa-apa malah diajak. Sungguh tidak adil.”

“Ya, begitulah. Keberuntungan tiap makhluk kan tidak sama. Anggap saja aku sedang beruntung.”

“Bagaimana jika aku menggantikan kamu di dalam kurungan?  Dengan demikian, aku pasti diajak ke tempat pesta.”

“Enak saja. Tidak boleh! Ayo, pergi saja kamu!” jawab Kancil pura-pura marah.

Jawaban kancil yang kasar itu membuat Anjing benar-benar marah. Ia menjadi iri dan dengki kepada Kancil. Untuk memuaskan dengkinya, Anjing akan menyerang Kancil.

“Jika tidak mau, aku akan membunuhmu. Batu besar itu akan kudorong dan kurungan kubuka. Kemudian, lehermu kugigit sampai putus!” ancam Anjing.

“Ya, ya!” jawab Kancil sambil tersenyum senang. “Kalau begitu, silakan saja. Dorong batu itu agar aku dapat keluar dan kamu dapat masuk ke dalam kurungan!”

Dengan tenaganya yang kuat, Anjing mendorong batu di atas kurungan. Setelah batu jatuh, Kancil keluar dari kurungan dan digantikan Anjing. “Selamat berpesta, Tuan Anjing yang gagah!” ucap Kancil sambil bergegas pergi. 

Pagi harinya, Pak Tani mendekati kurungan, membawa pisau besar. Sesuai rencaana, dia akan menyembelih Kancil untuk dimasak menjadi gule dan sate. Tetapi, alangkah terkejutnya ketika yang dilihatnya di dalam kurungan bukan Kancil, melainkan Anjing.

“Hai Anjing terkutuk! Mengapa kamu di dalam kurungan? Di mana Kancil?” tanya Pak Tani dengan nada tinggi.

“Maaf, Pak Tani. Aku dan Kancil sudah sepakat bertukar tempat. Aku masuk kurungan ini dan Kancil keluar. Dengan demikian, aku pasti diajak oleh Pak Tani ke tempat pesta. Itu kata Kancil.”

“Pesta Apa? Dasar bodoh. Mudah saja kamu ditipu. Kancil  kumasukkan kurungan karena pagi ini akan kusembelih. Pergi kamu!,” bentak Pak Tani dengan jengkel. Demikian jengkelnya, Anjing dikeluarkan paksa dan dipukuli dengan tongkat. Anjing berteriak-teriak kesakitan sambil melarikan diri.

Anjing sadar telah ditipu oleh Kancil. Dia geram dan ingin menggigit Kancil. Karena itu, Anjing berlari kencang menyusul Kancil yang telah lebih dahulu berlari. Karena larinya lebih kencang, lama-lama Anjing dapat menyusul Kancil.

“Sekarang mampuslah kamu, hai Kancil penipu!” gertak Anjing.

“Siapa penipu? Bukankah kamu sendiri yang minta menggantikan aku di dalam kurungan?”

“Tidak peduli. Karena tipuanmu, aku dipukuli Pak Tani. Sekarang, aku akan membalas dengan menggigit kakimu sampai putus. Bersiap-siaplah!”

Tanpa berpikir panjang, Kancil langsung berlari kencang menuju tepi hutan. Di tepi hutan yang menjadi tempat tinggalnya itu, Kancil dapat mencari tempat bersembunyi yang aman. Akibatnya, Anjing tak dapat menemukan Kancil. Lama-lama putus asa dan akhirnya Anjing pulang. Kini untuk sementara Kancil merasa aman. 

Unsur Pendidikan

Dongeng di atas mengandung unsur pendidikan budi pekerti luhur, antara lain sebagai berikut. Pertama, kita hendaknya waspada, jangan mudah percaya omongan orang. Jika tidak, kita bisa tertipu seperti Anjing. Kedua, dalam menghadapi bahaya, kita harus berusaha menyelamatkan diri. Hal itu dicontohkan oleh Kancil yang mampu keluar dari kurungan. 

achedy
achedy Achedy adalah Konsultan Web dan Web Programmer. Blog utama saya di http://achedy.penamedia.com

Komentar